Puisi untuk ibu – Ibu adalah perempuan yang karena fungsinya ia mulia. Dimana ia tidak hanya melahirkan kita, para anak-anaknya ini agar bisa mencecap rasanya indah dunia. Tapi, Ibu juga menjadi guru pertama serta terbaik dalam hidup awal setiap anak. Ia mengajarkan bagaimana caranya bicara, berjalan, dan berbagi kasih sayang pada sesama. Namun, terkadang hal yang kita lupakan terhadap perjuangannya ialah setelah kita mulai beranjak dewasa.
Entah pengaruh lingkungan, teman ataupun tontonan televisi yang kita nikmati tiap harinya. Mungkin secara tanpa disadari telah mempengaruhi dan melunturkan pola didikan pertama dari seorang ibu. Kita mejadi merasa berhak atas hidup kita kedepan dengan ucapan-ucapan bantahan, nada-nada tinggi yang menentang segala nasihat darinya. Ibu.
Semoga puisi ibu ini, dapat memberi sentuhan kepada jiwa-jiwa kita, yang pada suatu masa mungkin pernah membuat kita merasa paling benar dihadapannya dan sekali lagi, tanpa sadar mungkin juga telah melukai hatinya.
Sungguh, ibu…
Matanya kian hari, kian lelah.
Kulitnya menjemput usia senja
Uban dirambutnya makin banyak
Aku tau, akulah penyebabnya.
Aku yang kian hari, kian beranjak dewasa.
Belum bisa membuatmu bangga.
Malah sepertinya makin membuatmu lebih renta dari usiamu yang sebenarnya.
Aku sayang padamu, Ibu. Sungguh…
Walaupun kita sering tak sejalan pemikiran.
Kau bilang, aku sering membantah ucapan yang kau sarankan.
Bukan! Bukan aku ingin membangkang
Aku yang semakin dewasa ini terkadang suka sok pintar
Menganggap apa yang terbaik untukku, hanya akulah yang tau.
Sekali waktu, kau bersikeras melarang untuk kebaikan.
Aku malah menyebutmu egois dan pengekang
Sekali waktu lain. Kau membiarkan, membebaskan apa yang diinginkan
Anakmu, kau beri padanya kesempatan untuk jatuh. Agar mudah didekap lagi
Aku cinta padamu, Ibu. Sungguh…
Aku ingin kau tetap ada disisiku.
Aku ingin kau tetap menasehati dengan kebawelanmu.
Aku ingin tetap kau memarahi kalau aku malas belajar menjadi sepertimu.
Karena kau bilang suatu saat aku juga akan jadi seorang ibu.
Ibu maafkan aku. Sering sok pintar membatah ucapanmu
Maaf, aku egois membohongimu untuk kesenanganku
Maaf, karena sampai saat ini aku belum bisa membanggakanmu
Entah, berapa kata maaf yang aku ucapkan karena kesalahan tapi, kau selalu memaafkan.
Ibu terimakasih atas kasih sayang dan cintamu
Terimakasih untuk perjuanganmu saat mengandung dan melahirkanku
Terimakasih telah mengajariku berjalan dan memanggilmu “Ibu”
Terimakasih atas masakan yang setiap hari kau buat dengan tanganmu.
Terimakasih untuk rasa sabar dan doa yang mengantar aku pada kedewasaan ini.
Entah, berapa ucapan terimakasi yang harus aku ucapkan.
Atas segala yang telah kau beri dan tak pernah kau hitung jumlahnya.
Tapi, yang perlu kau tau. Bila suatu saat orang orang menyebutku hebat.
Aku tak akan bangga akan pencapaianku
Karena tanpamu, Ibu.
Apalah artinya
“Aku”
Puisi ibu ini – disampaikan setelah kemarahan reda. Mungkin ditulis setelah kesombongan juga terkapar tak berdaya terhadap rasa sesal panjang, yang tidak berkesudahan. Apabila kita sebagai anak mengingat. Bagaimana tidak pernah sebanding anatara apa yang telah kita berikan sebagai anak untuk seorang ibu. Dengan terhadap apa yang pernah ibu berikan terhadap anak-anaknya.