Puisi patah hati – Tidak ada yang salah dengan hujan yang menguyur bumi pagi hari. Cuaca ialah seperti takdir yang akan kita hadapi esok. Bisa diramalkan oleh semua orang, siapapun yang merasa cakap meramal, tapi juga tidak selalu benar. Seperti perasaan cinta yang kita rasakan pada seseorang. Seberapa besarnya cinta itupun sendiri, pasti akan bermuara pada rasa kehilangan dan patah hati. Hari ini ataupun nanti.
Menyedihkan memang, ketika kita kehilangan orang yang kita cintai. Seperti rasanya separuh nyawa ikut melayang. Saat melepaskan atau malah ditinggal pergi. Merasa sepertinya pagi selalu saja dirundung gelapnya awan. Dan hujan menjadi akumulasi dari perasaan hati yang karam. Saat rintik-rintik air dari langit mulai jatuh membasahi helai-helai rambutmu dan membuat lepek baju, dimana saat itu kau baru saja tersadar. Dari hari-kehari, kemarin dan kemarinnya lagi, kau masih saja. Masih belum lelah berlari dari kenangan-kenangan yang ingin kau tinggal pergi.
Seperti puisi patah hati yang banyak dibuat sebagai pesan oleh sebagian mereka untuk mengimpresi perasaannya sendiri. Entah itu perasaan sedih karena cintanya yang tidak berbalas, atau parahnya bila tidak pernah terucapkan. Atau sebab rasa kecewa karena merasa pernah dibohongi atau dikhianati. Atau mungkin rasa amarah terhadap ‘keadaan’ yang tidak berpihak padanya dan juga cintanya yang harus hilang. Intinya, banyak hal sebenarnya yang bisa membuat seseorang merasakan patah hati. Lalu, tenggelam terhadap perasaan itu sendiri. Atau istilah brithisnya, susah move on.
Tapi, puisi patah hati yang tersajikan kali ini. Semoga tidak semakin membuat para pembacanya jadi semakin depresi.
Elegi patah hati
Hari tenang. Meski ada yang mengaku sakit di awal bulan. Sebab,
Hujan seharian menemani nada nada minor kehilangan,
Kuning pagi hari terlihat kelam. Sebagaimana mestinya,
Jingga sore hari terlihat kelam.
Sehari sebelumnya, gaduh. Foto kau dan aku terbingkai manis dalam figura
Pecah bersama rasa bersalah. Entah rasa saling percaya itu menguap kemana
Aku masih saja mencarinya, mungkin terinjak pada pecahan pecahan kaca
Yang kau punguti ketika itu, dan sebagiannya dibiarkan dilantai
Ialah luka. Kemarinnya lagi. Ditabung dalam toples toples maaf
Terucap bersama sekotak coklat. Adapula seikat kembang.
Tak perlu membayar dan mahal, cukup senyummu saja. Ku bilang.
Lalu kau memberinya lebih daripada itu. Sesuatu yang sulit dilupakan
Kenangan. Kau bilang
Elegi hanyalah penggelan cerita, dimana patah hati jadi pelengkap bagiannya
Selain juga kenangan kenangan lain yang indah, tentu saja.
Pada kisah yang pernah tertambat disatu hati, kehilangan semestinya juga menjadi Keniscayaan waktu yang berorientasi pada perasaan cinta itu sendiri. Puisi patah hati ini, sejatinya ingin mengingatkan kembali. Bahwa kehilangan, patah hati, rasa sedih itu. Dia akan tetap datang dengan caranya sendiri. Tinggal bagaimana kita, menyikapi diri.
Karena katanya, jatuh cinta itu hanyalah katalain dari patah hati yang tertunda. Jadi, ‘hai mengapa sesibuk itu memikirkan patah hati?’. Bukankah lebih baik kita mempersiapkan hati untuk jatuh cinta pada yang lainnya. Tentu dengan orang yang lebih tepat ya…