Pohon mangga, mungkin di sebagian besar daerah di Indonesia, pohon ini adalah salah satu pohon yang umum ditanam di pekarangan rumah sebagai penghias sekaligus peneduh suasana rumah. Pohon yang buahnya memiliki berbagai macam rasa ini juga merupakan pohon yang mungkin paling sering dipanjat oleh anak-anak yang ada di rumah maupun anak-anak di daerah sekeliling rumah. Hal ini tentu saja cukup lumrah karena pohon ini biasanya berbuah cukup lebat, sehingga banyak penggemarnya yang tidak sabar mencicipi rasa dari buah mangga ini.
Selain rasanya yang enak, buah mangga dikenal mengandung vitamin C dan anti-oksidan yang sangat berpengaruh untuk menangkal radikal bebas. Selain itu, mangga juga memiliki kandungan kalium yang bisa menurunkan resiko penyakit stroke.
Mangga tergolong sebagai buah yang memiliki rasa, bentuk, warna dan tekstur yang bermacam- macam. Setiap jenis mangga biasanya juga berbeda-beda bentuknya, sebut saja mangga kopek, manalagi, golek, atau mangga harumanis. Mangga segar biasanya mengandung air sebesar 82%, kalori 72 kal/100 gram serta vitamin C 41 mg. Biasanya, mangga muda akan memiliki jumlah kalori yang lebih rendah karena zat gulanya masih dalam proses pematangan. Hal itu pula yang membuat rasa mangga muda biasanya lebih asam dibanding mangga ranum yang telah masak.
Jadi apa hubungannya pohon mangga dan sikap kekeluargaan? Seperti yang sudah dikatakan, pohon mangga biasanya ditanam di pekarangan rumah, dan biasanya berbuah lebat. Hal ini tentu saja membuat sang pemilik rumah biasanya, tak segan menunggu buahnya ranum dan memetik bahkan bisa dibilang memanen hasilnya. Karena biasanya penghuni dalam satu rumah itu tidak banyak, hasil panen pohon mangga yang berlimpah itu tidak akan cukup dinikmati sendiri, sehingga biasanya, para pemilik pohon mangga, akan dengan senang hati membagikan hasil panen mangganya kepada tetangga di sekitar rumahnya. Belum lagi mangga muda dikenal sebagai buah favorit para calon ibu sehingga pemilik mangga biasanya bisa membantu mereka yang sedang ‘ngidam’ dengan pohon mangga yang mereka miliki tersebut.
Meskipun hal ini terlihat sepele, namun tidak bisa dipungkiri kalau hal-hal seperti ini secara tidak langsung bisa membangun tingkat kekeluargaan antar tetangga menjadi lebih baik. Hubungan antar tetangga bisa dijalin semakin dekat lagi dan tentu saja hal ini berpengaruh positif kepada atmosfir di lingkungan sekitarnya. Dalam skala besar, tentu saja atmosfir baik ini bisa mempengaruhi baik tingkat kerjasama antar warga maupun tingkat keamanan di sekitar daerah tempat tinggal tersebut.
Jadi mengapa tidak memulai mempererat tali silaturahmi dengan tetangga dengan cara berbagi layaknya contoh pohon mangga di atas? Tentu saja tidak berarti kita harus menanam atau memiliki pohon mangga terlebih dahulu, tapi intinya adalah berbagi dengan sekitar, meskipun sedikit namun niscaya bisa menjadi lem perekat dalam hubungan sosial di lingkungan sekitar.