Sepeda Antik - Mobil dan motor mungkin telah memenuhi jalanan kota tapi sepeda antik memiliki tempat spesial di hati beberapa penduduk Jakarta. Penduduk Indonesia sangat dekat dekat sepeda semenjak zaman penjajahan Belanda dahulu kala.
Saat itu, sepeda diimpor dari negara seperti Belanda, Inggris dan Amerika Serikat. Orang Jawa menyebut sepeda dengan nama ‘pit’, kata turunan dari ‘fiets’ dalam bahasa Belanda.
Sejarah sepeda di negara ini belum terlalu jelas karena banyak sumber yang berbeda-beda dengan dasar yang juga berbeda-beda.
Harian Kompas mengutip dari sebuah iklan surat kabar yang terbit di tahun 1950 yang menyebutkan tentang toko sepeda N.V Handel-Maatshappij “Lim Tjoei Keng”, yang telah beroperasi selama 100 tahun atau sejak 1851.
Iklan tersebut menunjukkan bahwa sepeda telah ada di negara ini selama 160 tahun. Sumber lain ditunjukkan melalui sebuah foto yang menangkap gambar para pengguna sepeda yang telah aktif di Indonesia selama 116 tahun.
Gambar itu, diambil pada tahun 1895 oleh Wan Hung Foong, menampilkan gambar tiga pria Eropa dan sepeda mereka di sebuah studio foto di Medan, Sumatera Utara.
Gambar itu adalah satu dari lusinan foto lain mengenai sepeda yang ditampilkan pada pameran sepeda di Bentara Budaya di Palmerah, Jakarta Pusat.
Sejumlah sepeda antik menjadi perhatian utama pada pameran itu, yang berlangsung hingga 17 Juli 2011.
Dua sepeda – sebuah sepeda bermerk Union Boston buatan Amerika Serikat tahun 1899 dan sebuah sepeda merk B.S.A Airbone tahun 1944-1945 – mencuri perhatian para pengunjung pameran.
Pada sebuah kartu informasi yang diletakkan di samping sepeda B.S.A Airbone tersebut mengatakan bahwa sepeda itu biasa digunakan oleh para prajurit pada Perang Dunia II. Para prajurit membawa sepeda tersebut saat mereka melompat dari pesawat menggunakan parasut ke daerah-daerah terpencil.
Dengan sepeda tersebut, para prajurit dapat menembus radar darat musuh dan dapat menempuh jarak 5 sampai 10 kilometer per jam.
Sepeda ini adalah sebuah sepeda antik yang dicari-cari oleh kolektor karena dari 70.000 sepeda, hanya tinggal tersisa 100 di seluruh dunia. Indonesia memiliki empat di antaranya sedangkan Malaysia memiliki tujuh.
Sejumlah komunitas masih merayakan masa-masa kejayaan sepeda antik hingga saat ini.
Ferdi Hartono, anggota Komunitas Sepeda Antik Tangerang Selatan mengatakan dia lebih menyukai sepeda kuno.
“Saya menyukai perasaan serius yang didapat dari sebuah sepeda antik. Orang-orang di masa lalu membuat sebuah benda dengan serius dan dapat bertahan selamanya,” katanya.
Dia memuji penggunaan biji besi asli pada sepeda yang diproduksi sebelum 1960-an dan membandingkannya dengan banyak sepeda modern yang mudah rusak karena dibuat dari besi daur ulang.
Ferdi mulai bersepeda dengan sepeda antik dua tahun yang lalu setelah melihatnya bersepeda di dalam mimpi. Dia segera membeli sepeda antik pertamanya dari seorang mekanik tua, yang memberikannya asalkan Ferdi dapat menjaga sepeda tersebut dengan baik.
Sepeda unik dari Jogja |
Desain rumah minimalis