Dengan lebih dari 17.000 pulau dan 80.000 kilometer garis pantai, Indonesia sangat rawan dalam hal perubahan iklim. Para analis percaya bahwa temperatur yang terus naik akan memiliki pengaruh negatif pada keamanan manusia di Indonesia, yang tentunya akan meningkatkan kemungkinan ketidakstabilan domestik dan masalah keamanan regional. Oleh karena itu, penting bagi kekuatan militer Indonesia mengukur prioritas keamanan lingkungan, termasuk penggunaan peralatan baru, memperkuat hubungan bilateral dan multilateral, serta melakukan latihan untuk tugas dan misi baru.

Imbasnya secara politik, ekonomi, dan sosial akan sangat nyata terlihat bagi negara kepulauan yang memiliki sistem pemerintahan terpusat ini, terlebih dengan buruknya infrastruktur, dan sejarah konflik separatis dan radikal. Menurut laporan Bank Dunia, hal yang paling dikhawatirkan di Indonesia adalah terjadinya kekurangan pasokan makanan karena gagal panen. Naiknya level air laut juga mengancam kota-kota di Indonesia, termasuk Jakarta dan Surabaya, yang dapat mendorong ‘migrasi internal besar-besaran’ dan berakibat kerugian ekonomi yang serius. Tentu saja, masyarakat miskin yang paling merasakan imbas dari semua hal ini.
Namun efek perubahan iklim di Indonesia juga mengancam keamanan secara non-tradisional pada tetangga terdekatnya. Di masa lalu, kabut yang terjadi karena pembakaran hutan ilegal di Indonesia telah mempengaruhi Brunei, Singapura, dan Malaysia. Singapura telah meminta Indonesia mengelola hutannya dengan lebih baik selama dua dekade terakhir. Masalah ini dapat terus meningkat karena perubahan iklim membuat terjadinya kebakaran hutan yang lebih banyak.

Jadi di manakah posisi kekuatan militer Indonesia dalam hal ini? Karena imbas dari perubahan iklim, resiko bencana alam dan efek kerusakan pada perkembangan daerah telah mencapai titik rawan, hal ini meningkatkan tekanan bagi kekuatan militer untuk berpartisipasi di sejumlah bantuan kemanusiaan, perbaikan paska bencana, dan operasi proses evakuasi. Hal ini sangat penting bagi Indonesia, di mana militer memerankan peran utama untuk menjaga stabilitas internal. Komunitas internasional juga mulai melakukan intervensi secara terbuka dengan dalih ‘tanggung jawab untuk melindungi.’ Hal ini akan meningkatkan pentingnya kekuatan militer di daerah-daerah dengan zona konflik domestik, seperti Papua, untuk memastikan bantuan dapat cepat disediakan.
Maksud dari semua ini adalah agar militer dapat mempersiapkan segala kemungkinan dari efek perubahan iklim – khususnya kemampuan merespon bencana, yang dapat menjadi skala besar. Hal ini membutuhkan perubahan pada strategi dan doktrin keamanan nasional, terlebih yang berhubungan dengan operasi intra-militer (kerjasama), militer-militer, dan militer-sipil.
Strategi baru harus dibuat untuk menghadapi rentannya keamanan lingkungan, termasuk keamanan fisik serta basis ancaman agar perintah dan pengaturan dalam hal bencana alam dapat dilakukan dengan cepat. Perubahan dalam sumber daya manusia (untuk peran keamanan lingkungan yang baru) juga harus dilakukan untuk memperkuat kemampuan militer saat ini. Penerimaan anggota harus berdasarkan strategi baru dan kepentingan misi keamanan lingkungan. Penekanan harus dilakukan dalam bidang transportasi udara, logistik dan koordinasi, bantuan medis dan tim ahli. Sebagai tambahan, angkatan bersenjata dapat memperkuat hubungan bilateral dan multilateral dengan negara-negara yang dapat menyempurnakan dan mendukung kekuatan militer Indonesia dalam hal bencana alam. Hal ini akan membuat militer Indonesia dapat sukses dan memperbaiki kegagalannya di masa lalu seperti saat terjadinya krisis tsunami di Aceh.