Manusia purba adalah manusia prasejarah yang hidup sekitar 1,9 juta tahun yang lalu pada zaman Plestosin, dimana belum diktemukannya tulisan. Manusia purba/prasejarah yang disebut juga manusia purba yang hidup pada zaman nirleka, memiliki cara bertahan hidup yang sangat sederhana dan keseluruhannya bergantung pada alam. Sejarah kehidupan manusia purba saat ini telah menjadi salah satu subjek dalam studi ilmiah, dan merupakan ilmu studi yang mempelajari dan menjelaskan mengenai cara hidup manusia purba itu sendiri. Studi yang dilakukan meliputi ilmu pengetahuan yang ada, genetika dan kondisi fisik mereka. Sejarah kehidupan manusia purba menjadi salah satu bagian dari evolusi biologi dan sejarah manusia seiring dengan ditemukannya manusia purba Homo Sapiens.

Studi ilmiah yang dilakukan terhadap sejarah manusia purba pertama kali dilakukan oleh Eugene Dobois. Beliau menemukan tengkorak manusia purba di daerah Wajak, Tulungagung. Tengkorak tersebut dinamai Homo Wajakensis, salah satu jenis Homo Sapiens yang telah memiliki pola piker yang lebih maju. Dari penelitian-penelitian yang ditemukan, dan dari fosil hasil penggalian di beberapa wilayah di Indonesia, para ahli menemukan ada 3 jenis manusia purba yang pernah hidup di Indonesia; Meganthropus, Pithecanthropus, Homo.
Fosil manusia purba jenis Meganthropus pertama kali ditemukan di daerah Sangiran, Jawa Tengah, antara tahun 1936-1941, oleh Von Koeningswald (Belanda). Manusia purba ini diberi nama Meganthropus Paleojavanicus (Megan ; besar, Anthropus : manusia, Paleo : tua, Javanicus : asal Jawa). Diperkirakan jenis ini adalah manusia purba tertua yang memiliki tubuh besar yang hidup di Indonesia. Fosil manusia purba ini diperkirakan telah berumur sekitar 1-2 juta tahun, dengan kondisi tidak lengkap, hanya terdiri dari tengkorak, rahang bawah dan gigi yang sudah lepas.
Fosil manusia purba jenis Pithecanthropus yang ditemukan menjelaskan bahwa jenis manusia purba ini memiliki fisik yang lebih maju dibandingkan jenis Meganthropus. Pithecanthropus adalah jenis manusia kera yang sudah mampu berjalan tegak. Berdasarkan hasil temuan dan penelitian, terdapat 3 jenis manusia purba Pithecanthropus, yaitu ; Pithecanthrophus Erectus yang ditemukan oleh Eugene Dobois di lembah sungai Bengawan Solo – Trinil – Jateng pada tahun 1891. Pithecanthropus Mojokertensis yang ditemukan oleh Von Koeningswald pada 1936 di Mojokerto - Jawa Timur. Dan Pithecanthropus Soloensis ditemukan oleh Von Koeningswald dan Oppernoorth di daerah Ngandon dan Sangiran antara tahun 1931 – 1933. Ketiga fosil yang ditemukan ini diperkirakan telah berumur 30.000 – 1 juta tahun yang lalu.
Manusia purba berikutnya yang ditemukan, jenis Homo, diketahui memiliki umur yang lebih muda. Manusia purba jenis ini sudah mengalami kemajuan yang lebih dari 2 jenis sebelumnya. Hal ini terlihat dari hasil analisa terhadap fosil yang ditemukan. Manusia purba jenis Homo memiliki volume otak yang sudah menyerupai manusia modern dan merupakan manusia (Homo) dan bukan lagi manusia kera (Pithecanthropus). Ada 3 jenis manusia purba jenis ini yang ditemukan di Indonesia; Homo Soloensis, Homo Wajakensis, dan Homo Floresiensis.
Homo Soloensis ditemukan pada tahun 1931-1934 di sekitar sungai Bengawan Solo oleh Von Koeningswald dan Weidenrich.Homo Wajakensis ditemukan oleh Eugene Dubois pda 1889 di Wajak – Jawa Timur, berupa rahang bawah, tengkorak dan beberapa ruas tulang leher. Homo Floresiensis ditemukan di Liang Bua – Flores tahun 2003, oleh tim arkeolog gabungan dari Puslitbang Arkeologi Nasional – Indonesia dengan University of New England – Australia. Fosil manusia purba yang ditemukan ini diperkirakan hidup pada tahun 94.000 – 13.000 SM.