Siapa yang tidak mengenal cerita si kancil dan pak tani, cerita yang sudah terkenal itu termasuk cerita fabel. Jadi cerita fabel adalah cerita yang memusatkan pada tokoh hewan. Cerita fabel menceritakan hewan seolah bisa berbicara dan di dalamnya terdapat amanat atau hikmah yang dapat dipetik. Seperti cerita tentang ajudan dan raja singa yang dzalim ini. Beginilah kisahnya....
Pada suatu hari di sebuah hutan rimba, hiduplah sekelompok singa. Ada bervariasi singa dan spesies yang berbeda yang tinggal dalam hutan itu. Tapi mereka tetap hidup rukun dan saling gotong royong antarsesama. Dalam suatu wilayah pastilah ada yang disebut sebagai raja atau memimpin begitu juga dengan kelompok singa, mereka mempunyai seorang pemimpin yang dipilih melalui adu kejantanan. Pemimpin ini sangat adil, jujur, dan peduli akan nasib rakyatnya.
Bertahun-tahun lamanya raja Singa memimpin, banyak sekali kemajuan yang terjadi. Yang terpenting kehidupan para singa makmur, sejahtera dan tidak pernah terjadi konflik. Maka dari itu jabatan raja tidak lepas-lepas darinya. Suatu ketika tibalah musim dingin, para singa tidak ada yang berani keluar rumah karena suhu dan cuacanya buruk sering terjadi badai dan hujan deras. Mereka pun mulai kesulitan mencari makanan karena intensitas pasokan daging mulai menurun. Banyak singa yang mati karena kelaparan. Hal ini akhirnya sampai ke telinga
“Raja..banyak rakyat singa yang mati karena kelaparan, mereka tidak bisa keluar rumah mencari mangsa karena cuaca selalu buruk.” Adu ajudan raja
“Ah...masak ? mereka para singa, masak survive di musim dingin saja tidak bisa ? kamu jangan mengarang cerita, kita ini spesies terkuat.” Jawab sang Raja
“Iyaaa raja, data dan fakta menyebutkan seperti itu, mereka butuh bantuan Raja” tambah ajudan sambil memelas
“Lalu aku harus berbuat apa ?” jawab sang Raja
“Raja kan orang yang bijaksana dalam mengambil keputusan mengapa sekarang bertanya kepada saya ?” tanya ajudan keheranan
“Saya sudah adil dan terlalu bijaksana kepada kalian sampai kapan saya harus seperti ini dan memikirkan diriku sendiri saat melewati musim dingin?” tandas sang Raja
Mendengar perkataan raja, ajudan itu pun pergi meninggalkan singgasana dengan hati yang kecewa. Dia tak menyangka bahwa raja sudah terlena dengan jabatannya. Dia pun akhirnya pulang ke rumah dengan menerjang dinginnya udara luar. Setibanya dirumah dia hanya memendam perkataan raja sendirian dan tak ingin menceritakan kepada singa-singa lainnya. Hingga suatu hari berita kematian karena kelaparan semakin menjadi-jadi tiap harinya selalu ada sekitar 5-10 singa yang mati. Sedangkan sang raja di singgasananya tak pernah kehabisan makanan. Dia menikmati sendiri daging yang dia punya bersama istri dan keluarganya.
“Hmmm...lezat sekali musim dingin begini makan daging ini” kata sang Raja sambil mengunyah makananya
“Apakah ayah tau bahwa banyak singa yang mati karena kelaparan ?” tanya sang anak
“Iyaaaa tau. Mereka terlalu manja dikit-dikit minta dilayani sedangkan ayah kapan melayani diri sendiri” jawab sang Raja sambil meneruskan kembali mengunyah makanan
“Mengapa ayah tidak peduli dan lebih mementingan diri sendiri ? padahal rakyat singa bertahun-tahun mempercayai ayah sebagai pemimpin lalu mengapa ayah menelantarkan nasib mereka dan mendzalimi mereka ?” desak anak singa yang geram dengan tingkah ayahnya
Setelah acara makan itu, anak singa pergi ke perkampungan singa dan menemui ajudan raja, dia menceritakan obrolannya dengan sang raja. Sang anak menginginkan warga singa berkumpul dan mendemo sang ayah untuk turun dan melepas jabatannya sebagai raja karena sudah menyesengsarakan rakyat. Akhirnya sang ajudan pun menyetujui ide tersebut. Dengan langkah yang bijaksana mereka mengumpulkan para singa di rumah ajudan
“Hey...para warga singa..kita disini berkumpul untuk menuntut sebuah keadilan.” Kata ajudan dengan lantang
“Yaaa...benar.....benar kita sudah ditelantarkan sebagai rakyat.” Seru para warga singa
“Mari kita mendemo sang Raja dengan demokratis dan tidak anarkis.” Seru ajudan
Ajudan dan para warga singa berbondong-bondong menuju singgasana yang megah itu. mereka menuntut sang Raja turun dari jabatannya. Mereka membawa bangkai saudara atau teman yang telah mati karena kelaparan sabagai bukti bahwa raja telah bertindak dzalim. Tetapi sang Raja tidak mau melepas jabatan dan tidak menggubris rakyat. Para singa pun geram dengan prilaku raja mereka pun menginginkan sang Raja mengikuti adu kejantanan lagi jika menang dia berhak menjabat lagi jika tidak dia harus melepas jabatan dan pergi dari hutan ini. Akhirnya sang Raja menyanggupinya, dia beradu kejantanan dengan ajudannya sendiri.
“Mari raja dzalim kita beradu !!!” seru sang Ajudan
“hahahaha sudahlah aku pasti menang !” kata sang Raja dengan sombongnya
Akhirnya mereka bertarung, karena sang Raja kebanyakan makan sehingga dia menjadi lemah dan kurang mempunyai tenaga untuk menyerang dimanfaatkan keadaan ini oleh ajudan 2 sampai 3 kali serangan sang Raja mulai mengerang kesakitan dan akhirnya menyerah. Warga singa pun bersorak rianga atas kemenangan ajudan. Kemenangan ajudan sekaligus membuatnya menjadi sang Raja, dia membuat kebijakan yang saat itu juga diumumkan diseluruh hadapan warga singa agar tiap 5 tahun sekali harus ada adu kejantanan sebagai ajang mencari pemimpin baru.