Puisi untuk guru didedikasikan kepda para guru di Indonesia. Jaman dahulu gulu itu sering di juluki pahlawan tanpa tanda jasa. Tapi sekarang julukan itu sepertinya sudah semakin pupus, seiring dengan ketentuan-ketentuan yang telah di tetapkan. Seperti mendapat gaji sekian, dan jika guru ikut diklat ini maka akan mendapat gaji sekian, padahal itu sama sekali tidak berpengaruh pada muridnya, malah membengkalai pelajaran yang harusnya ia berikan.
Puisi untuk guru ini mungkin sebagian sebagai pujian atas guru-guru yang terdahulu yang sama sekali benar-benar mendidik siswanya untuk memajukan siswanya, tapi sebagian mungkin bisa menjadi kritikan bagi guru-guru di era sekarang.
Sebelum ayam berkokok kau telah terbangun menyambut fajar
Kau basuh embun di sepeda, kau padamkan lampu yang menyala
Kau bereskan segala pekerjaan rumah tangga
Saat fajar menampakkan seluruh cahayanya kau bersiap mengayuh sepeda
Kau talikan buku tebal itu di jok belakang
Jalan terjal kau tapakan, sungai sungai kau lewati, pak tani kau sapa
Kau datang lima menit sebelum masuk kelas
Kau hidangkan beberapa pertanyaan sebelum mengawali pelajaran
Kau berikan kami kedisiplinan, kau berikan kami sebuah pendidikan
Pendidikan formal maupun moral
Kau memberikan kami arti kehidupan dan pembelajaran
Kau berusaha dengan segala upaya untuk membangun masa depan
Masa depan bangsa yang menjadi keutamaan
Dan kamilah objek usaha mu wahai pahlawan
Kau berikan kamu setumpuk buku lalu kau beri kami pertanyaan
Mengabsen sampai mana kita telah menguasai pembacaan buku yang kau bawa
Kau pahlawan buku, kau tak bacakan apa-apa untuk kita
Tapi kita yang membacakan dengan lantang
Kau yang memebri pertanyaan dengan lisan
Dan kamipun menjawab dengan lisan
Kau berikan kami banyak ajaran
Kau tak melihat seberapa jauh jarak rumah dan madrasah
Kau tak mengeluh dengan jalan terjal yang berakhir dengan bertemu anak-anak nakal
Kau tak pernah meminta lebih upah yang di beri pemerintah
Kau syukuri yang kau dapat, kau lebihkan pengabdian pada Negara
Pengabdian membentuk generasi bangsa
Abad demi abad telah berlalu
Kini pahlawan buku menjelma menjadi guru
Mereka berikan buku pada anak-anak pemalu
Mereka berikan pertanyan tertulis sambil lalu
Kami pun menjawab dengan tertulis,kertas tulis menyelinap di bawah bangku
Tak sadar banyak pengganggu tapi mereka diam tetap membisu
Mereka sembunyikan uang dari pemerintah dalam alasan beribu-ribu
Mereka meminta lebih, namun tetap monoton memberi buku
Merekalah pahlawan-pahlawan buku
Tidak dahulu tidak sekarang guru mengajar terpaku dengan buku, tapi metode yang digunakan dahulu dengan sekarang agak sedikit berbeda. Dulu murid pintar karena guru, tapi kini murid meniru guru. Apa yang di lakukan guru tanpa menyaring murid akan meniru. Tapi tidak semua guru terbelenggu, guru juga manusia mereka mempunyai kekurangan dan kelebihan. Salam Guru Indonesia.