Puisi kematian mengingatkan kita akan ajal. Setelah hidup pasti akan mati, lalu kemana setelah mati? Itu akan dijawab sesuai keyakinan kita masing-masing. Seiring terkikisnya gizi, rapuhnya tulang, dan menuanya usia kematian itu akan selalu mengintai kita. Tapi siapa sangka, kematian itu adalah misterius. Kematian tidak melihat tanda-tanda di atas, kematian bisa terjadi karena kecelakaan, karena penyakit yang mematikan, bunuh diri, dan pastinya karena Takdir Tuhan.
Jika kita seorang yang religius, sering sekali di dalam forum agama disindir tentang hal kematian, itu dimaksud untuk selalu melakukan kebaikan sebagai bekal apabila kematian sudah datang kepada kita. Sebagian besar manusia terkadang pasrah akan kematian itu, dan sulit melakukan perubahan yang lebih baik agar menemui ajal yang terbaik pula. Bahkan oleh beberapa orang kematian dijadikan penyelesaian masalah hidup. Kita harus bersyukur sampai saat ini masih ada nafas yang berhembus lewat hidung kita, paru-paru kita masih mengontrol baik alur nafas kita, sehingga kita masih bisa menikmati keindahan dunia yang terkadang menjadi pahit saat masalsh datang.
Saat ajal itu datang dan kematian menimpa seseorang ia akan meninggalkan dunia beserta isinya. Tidak heran jika duka menyelimuti kita saat orang yang kita kenal meninggalkan kita untuk selamanya. Jika kita mendengar diseberang ada yang meninggal, walaupun kita tidak kenal orang tersebut pasti kita turut berduka. Dan bayangkan apabila kematian itu menimpa seseorang yang kita cintai atau bahkan diri kita sendiri, apakah kita masih akan tertawa terbahak-bahak, apakah kita masih bisa mlakukan kejahatan lagi? Berbuat baik semasa hidup akan menjadikan kita selalu di kenang walau raga kita telah berbaur dengan tanah.
Seketika angin berubah menjadi kelam
Angin saling menyambar riuh gemuruh
Burung-burung bingung berterbangan
Isak tangis yang menyesakakan
Sebuah pertanyaan melanda jiwa
Ada apa dengan alam, secepat kilat berubah
Ketenangan, kecerahan yang tadi tercipta kini tak ada
Pangeran berjubah membawa takdir tak tersirat
Membisikan kata yang menggugurkan daun telinga
Perlahan roh dalam tubuh terseret keluar dari raga tak berdaya
Jeritan itu tak terdengar oleh siapa pun kecuali diri sendiri dan Tuhan
Tuhan, derita apa yang Engkau berikan
Dimana akan terbuang raga yang nantinya tinggal tulang belulang
Siapa yang akan memandang wajah yang berbalut kafan
Tak tega mendengar tangisan
Ratapan mereka yang ditinggalkan
Hingar bingar dunia berganti dengan sepi
Gemerlap lampu dunia berganti dengan gelap
Alas rumah berganti dengan tanah
Keramaian dan kehangatan keluarga berganti dengan kesendirian tak berteman
Tak pernah menyangka apa yang akan datang
Tak pernah percaya apa yang menimpa
Kini dunia tak ada ditangan, langit tak bisa di pandang
Hanya tanah yang bisa dirasa, hanya tanah yang bisa di pandang
Kematian tidak bisa dihindari apabila Tuhan benar-benar telah merestui. Tidakkah manusia selalu merasa sedih mendengar keadaan setelah mati. Jika puisi diatas sudah kita renungkan bukan bagaimana kita menghindari mati, tapi bagaimana berusaha untuk bahagia setelah mati. Bahagia dunia tak pernah menjamin membawa bahagia pada kematian, tapi bahagia kematian menjamin kita pada kebahgiaan yang abadi, kekal di alam sana.
Title : Puisi Kematian : Angin riuh gemuruh
Description : Puisi kematian mengingatkan kita akan ajal. Setelah hidup pasti akan mati, lalu kemana setelah mati? Itu akan dijawab sesuai keyakinan k...