• About
  • Sitemap
  • Kontak Saya
  • Margahayuland
Kata Mutiara Bijak | Puisi Cinta | Foto Lucu | Rumput Liar

Kumpulan Kata Mutiara Bijak | Puisi Cinta | Gambar dan Video Lucu | Foto Unik | Cerpen Cerita Remaja Romantis | Game online | Serta Info Terbaru dan Teraktual Lainnya

Diberdayakan oleh Blogger.
  • Home
  • Permainan dan Game
  • Kumpulan video
  • Kumpulan Gambar
  • Kalam Mutiara Cinta
  • Paling Lucu
Home » Cerita cinta » Cerpen Romantis : Di Bawah Gemerlap Bintang

Cerpen Romantis : Di Bawah Gemerlap Bintang

Cerpen romantis ini di sajikan untuk para remaja saja, tidak di peruntukan untuk anak-anak. Selamat menikmati.


Di Bawah Gemerlap Bintang

Sarapan pagi sudah siap di meja makan, nasi goreng special, segelas susu, dan satu buah apel Fuji Sunmoon. Reka melihat jam dindingnya, masih cukup waktu untuk menghabiskan menu sarapan hari ini. Mama Reka tak pernah melewatkan sarapan pagi anaknya, karena sarapan pagi itu sangatlah penting untuk pencernaan. Dan tanpa berat hati Reka dengan sangat nikmat menikmati hidangan di depannya.

Setelah sarapan selesai Reka langsung pamit ke mama tercinta untuk berangkat ke Kampus. Bukan untuk belajar mata kuliah hari ini, karena Reka sebenarnya adalah pelajar dari salah satu SMK Negeri di kotanya, dan kampus adalah tempat ia melaksanakan Praktek Industri yaitu kegiatan wajib bagi pelajar SMK. Disana ia bekerja sebagai Librarian atau pustakawan. Menjaga perpustakaan kampus dan kadang kala mengecek semua buku di perpustakaan itu, mencari data-data mahasiswa yang masih meminjam buku hingga jatu tempo. Hari itu hari ke dua Reka menjadi pustakawan junior. Ia di beri tugas untuk mengecek mahasiswa yang sudah jatuh tempo dan harus meminta denda yang sudah di tentukan.

Kebetulan pagi itu ada mahasiswa yang sadar diri tanpa di mintai denda, ia sudah membayar denda dengan uang pas. Tapi ada juga yang tidak menyadari kalau sudah jatuh tempo.
“Dengan Gilang Asrori ya?” Tanya Reka agak gugup.
“Iya, kenapa?” Jawabnya agak ketus.

“Maaf mas, masa pinjam buku mas Gilang sudah melebihi jatuh tempo, jadi mas Gilang harus membayar denda sebesar 15.000.” Reka kelihatan agak takut.
“oh, boleh enggak kalau aku ngutang dulu?” Jelas Reka kebingungan, karena ia tidak tahu system pembayaran disitu. Dan kebetulan pendamping pustakawannya baru keluar untuk makan siang. Reka kebingungan.

“Emang boleh ngutang mas? Kayanya enggak boleh deh.” Timbul akal jail Gilang.
“Siapa bilang enggak boleh? Aku lho sering ngutang disini, aku bayarnya nanti kalau mau negmbaliin buku yang aku pinjam sekarang, Tanya dah sana sama Bu Ira. “ Jelas Gilang.

“Oh ya sudah kalau gitu, saya cari kertas dulu ya mas.” Lalu Reka menuliskan nama lengkap Gilang dan meminta tanda tangan Gilang. Setelah itu Gilang meminjam buku lainnya dan pergi begitu saja.

Tak lama kemudian Ibu Ira pendamping pustakawan Reka datang. Reka pun menjelaskan hal utang Gilang tadi, Reka berharap itu adalah tindakan terbaik untuk perputakaan kampus, tapi tidak. Ibu Ira marah-marah, karena perpustakaan tidak pernah membuka layanan utang untuk hal apa pun. Dan akibatnya Reka harus tanggung jawab, ia membayar ke perpustakaan sebesar denda Gilang. Sial. Hari ini benar-benar bukan hari keberuntungan Reka.

Hari-hari telah berlalu, dan kini usia kerja Reka sudah menginjak hampir 2,5 bulan. Tapi ia tidak pernah melihat Gilang lagi. Iseng-iseng Reka mencari Kartu Mahasiswa Gilang, dan ternyata disana sudah tidak ada. “Pasti dia ngembaliin bukunya pas aku enggak ada. Ah Sial, aku enggak rela 15.000 ku hilang begitu saja.” Gumam Reka.

Kebetulan hari ini bu Ira tidak bisa masuk, dan lembur itu harus di terima oleh Reka dengan terpakasa. Hari ini Reka pulang jam 9 malam, hampir bersamaan dengan pulangnya mahasiswa kelas malam. Di lantai 2 menuju basemant parkiran, Reka melihat seorang cowo seperti Gilang, berlari ia mengikuti.
“Mas, Mas Gilang?”Teriak Reka.

Ternyata benar, cowo itu Gilang ia berjalan sama teman-temannya Reka kebingungan beberapa teman-teman Gilang tertawa enggak jelas. “Ha, sejak kapan loe jadi mas mas Lang?” Celoteh salah satu temannya.
“Jangan-jangan Gilang jualan sate nih tiap pulang kuliah. Haha…” sahut teman lainnya dengan gelak tawa.
“Siapa loe?” Tanya Gilang.

“Hha? Aku pustakawan di perpus yang mas Gilang kerjain itu. Mana 15.000?” Reka tidak banyak basa-basi ia langsung meminta uang 15.000.
“Eh sorry ya gue udah lupa tuh, lagian enggak ada perjanjian kan gue bayar 15.000 itu ke loe?”
“Masalahnya aku dimarah sama bu Ira, dan akhirnya aku yang harus bayar 15.000 itu, itu kan harusnya mas Gilang yang bayar, jadi mas Gilang punya utang sama aku.”

“Gue enggak mau bayar kan gue tanda tangannya ke perpus bukan di loe? Cabut guys, enggak penting.” Sakit hati Reka di gituin sama Gilang, Reka melihat Handphone Gilang ditenteng ringan ditangannya, dengan sigap ia merebut Handphone itu dari genggaman Gilang. Gila, larinya Reka benar-benar kaya kancil, cepet banget. Gilang sampai ngos-ngosan mengejarnya. Reka mendapatkan handphone gilang sebagai jaminan uang 15.000. Super Sekali.

Malam itu banyak sekali sms yang masuk ke handphone gilang, dan hampir kebanyakan semua itu cewek. Reka tidak menghiraukan sms, sms itu. Tapi ia sangat tertarik sama satu sms dari slaah satu sahabat Gilang
From : Deno

Lang, maafin gue, tapi jujur gue enggak tau kalau melia itu cewek loe, dia juga enggak ada bilang, makanya gue deketin dia, dan baru gue sadari sifat arogan mu itu karena masalah ini. maaf banget Lang. gue harap loe bisa maafin gue dan loe bisa jadi gilang yang dulu lagi. Pengertian, sopan, dan care sama semua orang.

Sempat berfikir sesuatu, tapi handphone Gilang bordering, membuyarkan fikiran Reka. Dengan mengumpulkan sejuta keberanian, Reka mengangkat telfon itu.
“Hallo?” Sapa Reka.

“Kebangetan y aloe, Cuma duit 15.000 aja loe bela-belain ampe nyopet handphone gue, besok pagi, handphone itu harus udah ada di tangan gue.” Gilang bersuara di seberang sana.

“Eh,mungkin iya 15.000 itu enggak berarti buat kamu, tapi buat aku itu snagat berarti, itu uang jajanku selama 3 hari, dan itu didapat oleh ibu ku dengan jerih payahnya menjahit, 15.000 itu belum tentu didapat ibuku selama 1 hari. Dan aku kasih begitu saja sama kamu, iya kalau kamu itu orang cacat.” Jelas Reka. Diseberang sana sama sekali tidak ada jawaban hanya diam tak ada suara.

“Dan hari selanjutnya aku harus minta uang ke ibuku, kalau enggak aku mau naik apa berangkat ke kampus? Dan aku di Tanya sama ibuku soal uang sudah diberi 15.000 itu, ya aku katakana saja sebenarnya, dan kamu tau apa kata ibuku? Relakan saja, semoga uang itu menjadi halal buat mereka. Kamu engak tau kan, betapa berartinya 15.000 itu buat aku? Dan aku juga enggak mau tau 15.000 itu harus ada di tangan aku besok pagi.” Dengan kasar Reka menutup telfonnya. 

Keesokan harinya Gilang menunggu Reka di gerbang kampusnya. Dengan senyum melebar Reka turun dari angkot. Menatap Gilang tanpa senyum rasanya seperti melihat monster yang hampir memakan Reka hidup-hidup.

“Ngapain loe senyum-senyum?” Tanya Gilang.
“Emangnya enggak boleh? Senyum itu tidak harus pas stand up comedy kan? Senyum itu setia setiap saat.hehe” Reka memang cewek ceria, walau ada beban hidup senyumnya selalu merekah.
“Ok mana Handphone gue?”

“Mana uang 15.000 aku?” Gilang member uang 50.000, dan Reka memberikan handphonenya.
“Wah enggak ada uang pas nih? Aku tuker dulu ya?” Seru Reka.
“Kagak usah, itu buat uang saku loe selama 10 hari, itung-itung buat bunga pinjaman gue ke loe.”
“Oh tidak bisa, sebenarnya saya ikhlas sama uang 15.000 itu, cuma aku pengen menjelaskan pada mu betapa berartinya 15.000 untuk orang miski. Itu aja kok, tenang, tunggu bentar aku tuker dulu.” Reka berlari menuju kantin terdekat, tanpa menghiraukan celotehan Reka, Gilang pergi begitu saja.

Saat kembali ke gerbang dan melihat Gilang sudah tidak ada disana, Reka terlihat kecewa. Ia menyimpan uang kembaliannya yang akan di berikan kepada Gilang. Melihat suasana perpustakaan yang sepi hati Reka sangat damai. Ia melihat bu Ira kesusahan mengecek dan mengembalaikan buku ke tempatnya. Tanpa di suruh Reka membantu pekerjaan bu Ira itu.
“Ka, tadi ada mahasiswa yang nanyaain kamu lho.” Kata bu Ira.
“Ha? Siapa bu? Jangan-jangan mereka mau komplen ya bu?”

“Siapa bilang, kalau enggak salah namanya Gilang, dia nanyain nomor Hp mu. Sebenarnya ibu kenal sama itu anak, tapi enggak tau namanya. Dia itu sering sekali pinjem buku di perpustakaan, apalagi dia sudah mau sekripsi.”

“Hehe, terus ibu bilang apa?” dalam hati Reka ternyata ada senyum mengembang.
“Ya aku bilang kalau kamu enggak punya Hp. Naksir tu anak sama kamu Ka.” Bu Ira menggoda Reka, sesaat wajah Reka memerah.

Semenjak kejadian itu Reka selalu ngebayangin Gilang, tapi dia jarang ketemu sama Gilang, karena Gilang lebih sering ke kampus pada saat malam hari, dosen pembimbingnya lebih suka kasih bimbingan malam.
Hari ini adalah hari terakhir Reka berada di Kampus. Ia memebereskan semua pekerjaannya hari itu juga. Bu Ira sangat kagum sama kinerja satu anak ini. perpustakaannya sudah menjadi langganan kegiatana Praktek Industri, tapi tidak dengan siswa sesemangat ini.
“kamu banyak membantu saya Ka, terimakasih ya.” Ibu Ira memulai pembicaraan.
“he. Sama-sama bu.” Jawabnya lugu.
“Selesai sekolah kamu mau nglanjutin Ka?”
“Enggak bu, uangnya mending di pakai hidup saya sama ibu saya. Hehe.”
“Di sini kan ada banyak beasiswa Ka? Kamu enggak mau coba? Ibu bantu kok.”

“Bukannya enggak mau bu, sebenarnya mau, tapi saya lebih memilih belajar di pondok pesanteren deket rumah saya, jadi jelas saya mau menyalurkan pendidikan saya dan bisa membantu ibu saya, kalau di sini walaupun gratis, tapi tidak mungkin saya bisa membantu ibu saya di rumah apalagi disuguhi banyak organisasi seperti ini.”
“ya terserah kamulah Ka, ibu Cuma menawarkan saja.”
“Iya bu, terima kasih banyak atas tawarannya. “ tiba-tiba dari arah ruang baca Gilang muncul dengan menenteng 2 buku dan laptopnya. Seperti ada yang menepuk pundak Reka ia kaget hingga berdiri.
“Udah selesai Lang?” Bu Ira seperti sudah tau kegiatan Gilang.
“Sudah bu, cukup sulit. Hai anak tengil lama tak jumpa. “ Sapa Gilang ke Reka.
“Sejak kapan aku jadi anak tengil, dasar.” Reka tetap senyum walau sebenarnya tidak suka dengan sapaan itu.

“Oiya mas, kembaliannya masih di tas, tunggu sebentar ya.” Reka mengambil kembaliannya, dan memberikan kepada Gilang.
“Ah gue enggak mau kembalian itu, itu kan udah gue kasih ke loe?”
“Enggak bisa gitu donk, aku tidak mau menyalahi aturan. Heheh” jawab Reka.
“Terima Lang, ini hari terakhirnya disini lho.” Sela bu Ira.
“oh, ini hari terakhirmu. Yasuda kalau gitu gimana kalau kita habiskan uang ini dengan jalan-jalan sore di sekitar pasar malam di sana?” Bu Ira tersenyum mendengar ajakan Gilang.
“Wah, itu sih tidak bermanfaat mas.”

“Katanya loe kasih kembaliannya ke gue? Suka-suka gue donk? Gue tunggu di depan gerbang.” Gilang pergi begitu saja tidak menghiraukan jawaban Reka.
Jam pulang sudah tiba, Reka berpamitan kepada bu Ira untuk yang terakhir kalinya sebagai karyawannya. Ada tangis disana, ini benar-benar pertama kalinya yang di alami bu Ira.
Reka masih ingat dengan ajakan Gilang, dalam hatinya berharap Gilang masih disana, tapi ia tidak mau menengok ke depan gerbang.
“Hay bocah tengil, loe lupa sama ajakan gue?” Gilang berteriak di depan gerbang.
“Ha? Sorry mas, enggak liat, aku kira udah pulang.”

“cabut yuk. “ mereka berjalan dari kamus menuju pasar malam yang di maksud Gilang. Disana mereka membeli jajan, arum manis, sampai membeli berbie kecil yang seharga 5.000. uang 35.000 mencukupi perut mereka di pasar malam yang serba murah itu. Canda tawa mereka seperti lagu yang baru saja di rilis. Sampai Gilang harus mengantar pulang Reka karena malam sudah agak Larut dan jarang ditemukan angkot sejalur dengan rumah Reka.

Di depan rumah mereka saling pandang, tak ada kata hanya jangkrik yang berkata.”Gue mau sekripsi, loe setelah ini bakal ngadepin ujian kelulusan, gue tadi denger percakapan loe sama bu Ira.” Gilang membuka percakapan.
“Iya terus kenapa?” Tanya Reka.
“Jujur gue belum pernah ketemu cewek se tengal loe, tapi ini bakal jadi moment indah buat gue. Entah untuk apa, tapi setelah wisuda gue bakal nemuin loe disini, jam segini, dan semoga dengan suasana seperti ini. loe tau kan kapan gue wisuda?” Reka hanya mengangguk.
“Ok, gitu ajah sih pesen gue, mug aloe inget. Makasih buat hari ini, selamat malam.”

“Selamat malam.” Jawab Reka. Gilang pergi, dengan senyum indahnya Reka masuk ke dalam rumahnya.
Hari demi hari berlalu, minggu demi minggu berlalu, bulan demi bulan berlalu, dan wisuda Gilang pun tiba. Sedangkan Reka kini telah lulus sekolah dan belajar di pesantren dekat rumahnya. Seperti janji Gilang terakhir bertemu dnegan Reka, di tempat yang sama yaitu di depan rumah Reka, dan waktu yang sama, dan Susana yang sama Bintang gemerlap seakan siap menjadi saksi pertemuan mereka. Reka dengan gundah menunggu di depan rumah. Sebuah mobil terparkir di depan ruamhnya, seorang lelaki degan paras yang sudah ia kenal datang menghampirinya.

“Gue tepati janji.” Kata Gilang disambut dengan senyuman Reka.
“Terus mau mu apa?” Tanya Reka.
“Loe udah punya cowok?”
“Tak ada kata cowok dalam hidupku.”
“Ok, loe udah punya pacar.”
“Pacaran itu di larang Tuhan.”
“Jadi, kamu udah punya suami?” Tanya Gilang melotot.
Reka menggeleng.

“Ok. Kalau gitu apa calon suamimu ada di hadapanmu?” Tanya Gilang.
“Entahlah, karena ia tak berkata bahwa dia mau menjadi suamiku.” Jawab Reka.
“Will You marry me, Princess Tengil?”
“Harusnya kata itu jadi kata romantic, tapi kenapa harus ada tengilnya?”

“Dibawah gemerlap bintang ini akan ku jadikan moment untuk merengkuh cintamu, aku tahu menungguku sangat membosankan tapi gemerlap bintang itu yang meyakinkan mu untuk menungguku, bukan?”
Reka mengangguk pelan.
“So?”
“Aku terima.”

Malam ini menjadi malam yang sangat membahagiakan bagi Reka dan Gilang. Mereka terikat menjadi satu cinta. Saat mereka bercanda dalam tawa, maka kini mereka tersenyum dalam rengkuhan kasih sayng.

Happy Ending. Semoga menjadi  cerita yang cukup menghibur.

Cerpen cinta | Cerpen cinta : Memories of UKS
Posted by Mawar Senja on Selasa, 12 Maret 2013 - Rating: 4.5
Title : Cerpen Romantis : Di Bawah Gemerlap Bintang
Description : Cerpen romantis ini di sajikan untuk para remaja saja, tidak di peruntukan untuk anak-anak. Selamat menikmati. Di Bawah Gemerlap Bin...
Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
  • Tweet
  • Pin It!


Kategori

  • All About Islam (37)
  • Aneka Flora Dan Buah (16)
  • Bisnis Anda (25)
  • Cerita cinta (14)
  • Cerita cinta dan motivasi (18)
  • Edukasi dan Akademis (185)
  • Hardware (27)
  • Kesehatan Anda (86)
  • Kumpulan Puisi (88)
  • Kumpulan gambar (63)
  • Pernik dan Unik (103)
  • Teknovarian (79)

Baru Melintas

Sering Dibaca

  • Kata Kata Mutiara Penyejuk Hati
    Kata-kata mutiara   nan bijak dalam balutan warna indah dan bunga bahasa yang elok tentulah akan sangat mudah membuat hati menjadi cer...
  • Gambar Kata Kata Indah Mutiara Bijak
    Gambar kata kata merupakan sebuah gambar yang berisi dengan kata kata tertentu. Kata kata yang ada bisa berupa saran, kritikan, kata kata ...
  • Game Online : Permainan Terbaru Paling Seru
    Game online paling lengkap, terbaru, lebih variatif dengan beragam pilihan permainan online yang pastinya lebih menarik. Temukan lebih b...
  • Kata Mutiara Cinta : Sejatinya Sebuah Ketulusan
    Lantunan  kata kata mutiara  cinta memang teramat sering menghipnotis kita. Alunan nada yang begitu memikat, disertai indahnya bait-bai...
Copyright © 2013 Kata Mutiara Bijak | Puisi Cinta | Foto Lucu | Rumput Liar - All Rights Reserved
Design by Mas Sugeng - Powered by Blogger