Cerpen Pengalaman Pribadi (24/03). Cerita pengalaman berarti cerita pribadi yang kita alami sendiri. Tiap orang pasti memiliki bermacam-macam pengalaman yang pada akhirnya menjadikan pengalaman itu sebagai guru terbaik dalam hidupnya. Cerita pengalaman pasti memiliki sebuah hikmah tersembunyi dari apa yang telah kita alami. Nah disini saya akan menceritakan pengalaman sejati yang membuat tau apalah arti sebuah restu dan kesederhaan didunia ini. Cerita ini bermula dari sebuah kisah......
Waktu itu saya duduk dikelas 12 SMA favorit di kota Malang. Alhamdulillah saya tergolong siswa yang cukup berprestasi meskipun ekonomi keluarga saya bisa dibilang berkecukupan. Saya memilih jurusan IPS waktu itu karena saya sangat senang sekali dengan pelajaran Geografi. Saat dibukanya pendaftaran masuk kuliah saya masih mikir-mikir dimana nanti saya membayar uang kuliah.
“Dapatkah aku kuliah di perguruan tinggi favoritku? Lalu biayanya darimana? Bagaimana orang tua membayar semua?” pikirku dalam hati
Hingga suatu hari pihak sekolah memberi tahu saya bahwa saya diikutkan menjadi peserta bidik misi dan lolos seleksi peserta SNMPTN Undangan, saya pun merasa senang karena pasti saya tidak akan membebankan orang tua dimanapun saya akan kuliah. Lalu yang saya pikirkan adalah dimana saya akan memilih perguruan tinggi dan jurusan apa. Mengingat beberapa jurusan geografi masuk program IPA sedangkan saya IPS. Setelah mencari informasi akhirnya saya memutuskan memilih jurusan kartografi dan penginderaan jauh di Universitas Gadjah Mada, Yongyakarta.
“Bapak Ibu...aku pingin kuliah di Yogyakarta.” pintaku
“Ngapain kuliah jauh-jauh wis di Malang saja..gada biaya buat ngekos, kalau pingin jenguk kamu ya masih kendaaran lagi, biaya transport ke Yogya berapa?” jelas Ibu
“Tapi jurusan yang aku pilih adanya disana saja.” Tambahku lagi
“Di Malang kan juga banyak jurusan yang bisa kamu pilih !!!..biayanya itu loooh pikirkan...kuliah mahal , jangan liat orang-orang yang diatas saja, orang Bapak ya kerja apa.” Jelas Bapak dengan sedikit marah
“Tapi aku dapat beasiswa kok jadi kuliah gak bayar.”
“Aduuuuuh wis jangan kuliah jauh-jauh.”
“Aduuuuuh...” aku membantah
Perdebatan-perdebatan kecil mengenai perkuliahan sering kulakukan dengan orang tuaku. Terkadang aku sampai ngotot dan tak mendengarkan saranya. Aku tetap kekeh dan sampai membuatku menangis saat aku tak bisa berkompromi dengan orang tuaku. Aku pun tetap memantapkan pilihanku, aku mendaftar SNMPTN Undangan sendiri dengan tetap memilih Universitas Gadjah Mada sebagai pilihan pertama tanpa sepengetahuan dan restu dari orang tua. Dengan hati yang optimis aku merasa aku bakal diterima dan sukses disana. Tiap teman-temanku dan tetanggaku tanya aku selalu semangat menjawab dimana aku akan kuliah.
“Kamu jadi kuliah dimana?” tanya seorang temanku
“Yogya ! UGM”
“Aduuuh habis ini gak ketemu ya, ayo kita jelajahi tenpat di Malang yang kamu belum pernah kunjungi” pinta temanku
“Hahahaha...iya ayok aku bakal kangen Malang, hmmm ulang tahun depan aku udah disana..aaaa pasti kangen Malang. Jawabku dengan optimis seolah aku sudah pasti ke Yogya.
Aku selalu menceritakan bahwa aku nanti akan menjalani kehidupan di Yogya dengan bekerja dan lain-lain. Aku selalu yakin dan menyombongkan diri bahwa aku pasti keterima disana. Aku sudah berancang-ancang bahwa kehidupanku di Malang tinggal beberapa bulan lagi. Karena terlalu yakinnya aku sampai lupa ikhtiar kepada Allah. Aku jarang sholat sunnah, puasa dan justru sering bermain-main.
Akhirnya sampailah hari dimana pengumuman SNMPTN Undangan diumumkan. Hatiku mendadak tidak yakin dan ragu setengah mati karena aku sudah menaruh harapan besar dan tidak membekali diri dengan kemungkinan yang terjadi. Malam itu aku membuka website SNMPTN. Aku buka dan aku entri nomer pendaftranku. Sebelumnya aku membuka twitter untuk mengetahui kabar teman-temanku yang juga banyak daftar ke UGM apakah ada yang lolos atau tidak. Dari 7 anak dikelasku yang daftar disana termasuk aku, 6 diantaranya tidak ada yang diterima. Aku pun merasa percaya diri bahwa pasti aku diterima.
“Waaaah pasti aku yang diterima ini..pasti!” yakinku dalam hati.
Saat aku mengentri passwordku dan tiba-tiba muncul sebuah kalimat yang membuatku seketika itu juga menangis “MAAF ANDA TIDAK LOLOS SELEKSI SNMPTN UNDANGAN TAHUN INI”
Akupun langsung mengurung diri di kamar dan menangis sejadi-jadinya malam itu. Harapan yang ku impikan serasa mati, sirna dan aku kecewa karena aku tak lagi punya kesempatan masuk kuliah tanpa tes. Yaa aku harus berjuang lagi dan aku sangat kecewa saat itu.
“Bagaimana ?” tanya ibuku
“Gak...gak ket...ketri..ketrimaa..” jawabku dengan nangis sesenggukan
“Alhamdulillaaaaaah” jawab ibuku dengan kalimat sesederhana itu.
“Emang aku gak didoain kuliah di UGM sih jadinya aku gak lolos undangan” jawabku lagi sambil menyalahkan ibu.
Ibuku hanya tersenyum mendengar kalimatku dan pergi meninggalkan aku.
Dari pengalaman inilah, aku langsung mengubah pikiran dan hatiku, aku pun menuruti permintaan orang tua untuk kuliah di Malang saja.Aku pun mendaftar kuliah di Universitas Brawijaya karena aku berpikir harus mendapat restu orangtua jika aku ingin kuliah tahun ini juga dan dengan restunya pasti akan dimudahkan jalannya untuk menuju kesana. Aku pun mnyadari dan meyakini akan hal itu. Aku menjadi pendiam dan giat mengerjakan soal-soal SNMPTN. Ketika ditanya tetangga dan teman-teman aku menjadi tak banyak bicara lagi.
“Jadi kuliah dimana kamu ?” tanya tetanggaku
“Hehehe liat nanti saja ketrima dimana” Ya begitulah jawabku tiap kali ditanya
Aku pun tak lagi berangan-angan hal yang tak pasti lagi. Karena belum ada kepastian dari Allah. Aku mulai menyibukkan diri dengan mendekat kepada Allah dengan berikhtiar dengan belajar. Aku menyadari aku terlalu yakin dan melangkahi takdir Allah dengan menyombangkan diri. Sholat sunnah aku lakukan tiap hari, puasa senin-kamis aku lakukan, dan aku menghindarkan pembicaraan yang menyangkut masalah kuliah.
Akhirnya pengumuman SNMPTN tulis tiba aku, kali ini hati terasa yakin. Aku mulai membuka website SNMPTN dan dengan bismillah aku entri nomor dan passwordku. Seketika itu juga aku menangis lagi melihat sebuah kalimat
“SELAMAT ANDA LOLOS SNMPTN TULIS DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA”
Kali ini aku menangis bahagia, aku sungguh terharu melihat hasil perjuanganku. Dengan hati yang gembira aku menyampaikan kapar gembira pula kepada orang tuaku. Dan mereka juga ikut bergembira mendengar hal ini. Kini aku mengerti arti sebuah restu dan arti kesederhanaan dalam kehidupan. Mau jadi apa kita tanpa restu orang tua kita tidak akan berhasil dan Allah tidak akan memudahkan jalan kita. Apalagi jika kita sombong dan tak mau berikhtiar kepadaNya. Maka kesederhaanlah yang mengantarkan kita mencapai apa yang kita mau bukan menyombongkan diri dengan sesuatu yang tidak pasti.
